Hubungan dan Kausalitas | sebab Akibat
Hubungan dan Kausalitas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keyakinan manusia akan hukum
kausalitas sudah ada sejak zaman kuno. Bahwa tidak ada satupun peristiwa
terjadi secara kebetulan, melainkan semuanya mempunyai sebab yang
mendahuluinya, dapat kita telusuri sejak peradaban manusia dalam sejarah. Bukti
itu dapat kita temui pada abad kelima sebelum masehi, yaitu pada ucapan seorang
Filosof Yunani Leucipos. Nihil fit sine causa (tidaka ada satupun peristiwa
yang tidak mempunyai sebab). Namun demikian tidak berarti jauh sebelumnya
manusia belum mengenal peristiwa sebab akibat.
Setiap kejadian
itu tidak timbul begitu saja tanpa ada sebab yang kemudian timbul akibat dari
sebab tersebut. Contoh : A menyuruh B untuk membelikan satu buah air mineral. B
membeli air mineral itu dari kedai C, dan membayarnya dengan uang besar. Akan
tetapi C tidak ada uang kecil untuk kembaliannya, kemudian menyuruh D untuk
menukar uang besar dengan uang kecil pada kedai E yang ada di seberang jalan.
Setelah D menukar uang kemudian menyeberang jalan lagi dan terserembet oleh
mobil F hingga luka-luka ringan. Karena luka itu D pergi ke dokter untuk
berobat. Oleh dokter D diberikan suntikan, tetapi malang sekali obat suntikan
itu salah mengakibatkan D mati. Untuk lebih memahami marilah kita masuk pada materi kausalitas
(sebab-akibat).
B. Rumusan masalah
a. Apa
pengertian kausalitas?
b. Bagaimana
hubungan kausalitas (sebab-akibat)?
c. Bagaimana
kekeliruan dalam penalaran kausalitas?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kausalitas
a. Dilihat dari kemestian adanya: ada sebab yang mesti
(necessary cause) dan sebab yang menjadikan (sufficient cause).
Sebab yang mestinya adalah
suatu keadaan bila tidak ada maka akibatnya pun tidak ada. tetapi dengan adanya
akibat sebab itu tidak harus terjadi. Contoh: api menyebabkan adanya kebakaran
rumah. Tanpa adanya api kebakaran rumah tidak harus terjadi.
Sedangkan sebab yang
menjadikan adalah adanya sesuatu menyebabkan timbulnya akibat.tidak adanya
sebab akibatpun tidak ada.atau dengan kata lain,adanya sebab adanya
akibat,tidak adanya sebab tidak adanya akibat.
Contoh: adanya api
menimbulkan adanya panas. Jika api tidak ada maka panas pun tidak ada. Contoh
lain adanya lampu menyebabkan terang ruangan, maka tidak adanya lampu ruangan
pun tidak terang. Terbitnya matahari mengakibatkan adanya pagi. Tanpa matahari
terbit pagi pun tidak ada.
b. Dilihat dari jaraknya dengan akibat: ada sebab yang
langsung (dekat) ada sebab yang jauh.
Yang dimaksud dengan sebab
yang langsung (dekat) ialah sebab yang langsung mengakibatkan peristiwa setelah
sebab itu terjadi. sedangkan sebab jauh ialah sebab yang mengakibatkan adanya
peristiwa lain setelahnya tapi diselingi oleh beberapa sebab yang lain. contoh,
adanya A mengakibatkan adanya B, B mengakibatkan adanya C, C mengakibatkan
adanya D, D mengakibatkan adanya E. Adanya A mengakibatkan adanya B adalah
sebab yang dekat, adanya B mengakibatkan adanya C adalah sebab yang dekat. Tapi
adanya A mengakibatkan adanya D maka A adalah sebab yang jauh begitu juga
adanya B mengakibatkan adanya E, B adalah sebab yang jauh.
c. Dilihat dari akibat yang ditimbulkan.
Ada sebab yang satu
menimbulkan akibat yang satu juga seperti: terlau tegang mengakibatkan pingsan,
tekanan darah tinggi menyebabkan penyakit struk.dan sebagainya.
Ada juga sebab yang satu
menyebabkan akibat yang banyak,contoh: kemiskinan bisa menyebabkan kelaparan,
kekafiran, pencurian, kebodohan, pelacuran, dan sebagainya.
Ada juga sebab yang banyak
menyebabkan akibat yang satu, contoh: keracunan, tertembak, penyakit livers,
sars. kesemuanya ini menyebabkan akibat yang satu yaitu kematian.[1]
Ungkapan filosof terkemuka
tentang defenisi kausalitas:
1. Al-Farabi berkata, "Sebab adalah sesuatu yang niscaya ada dan
hadir bersama dengan akibat"
2. Ibnu Sina menyatakan, "Sebab adalah sesuatu yang meniscayakan
sesuatu yang lain. Dan akibat itu mesti aktual karena keaktualan sebabnya.
3. Mulla Sadra menyatakan, "Sebab memiliki dua pengertian,
pertama: sebab adalah wujud sesuatu yang memancarkan realitas eksistensi yang
lain, dan ketiadaan sebab berefek pada ketiadaan realitas itu. Pengertian
kedua: sebab adalah wujud yang
meniscayakan kebergantungan hakiki realitas lain, dan ketiadaan akibat karena
ketiadaan sebabnya".
B. Metode induksi mill
Meode ini ialah metode
seorang filosof inggris bernama “John Stuart Mill” yang mengemukakan empat
metode induksi yang kemudian terkenal dengan sebutan metode penyimpulan
induktif mill. Empat metode tersebut ialah metode persetujuan,metode
perbedaan,metode persamaan variasi,metode siasisihan. kemudian orang yang datang
sesudah mill menambah satu metode lagi yaitu metode gabungan persetujuan dan
perbedaan.
1. Metode Persetujuan
Apabila ada dua macam
peristiwa atau lebih pada gejala yang di selidiki dan masing-masing peristiwa
itu mempunyai faktor yang sama, maka faktor itu merupakan satu-satunya sebab gejala
yang di selidiki.
Taruhlah
misalnya dalam suatu asrama, tiba-tiba seluruh penghuninya terserang sakit perut dan
muntah-muntah.
Separuh
dari mereka diwawancarai untuk menemukan sebab dari malapetaka itu. Mereka ditanya
tentang apa yang dimakan hari itu. Mahasiswa pertama menyatakan makan nasi, pisang, telor goring, kerupuk, bakso dan ayam opor kiriman. Mahasiswa kedua makan nasi pisang, telor pisang, telor goreng, bakso dan ayam opor kiriman. Mahasiswa keempat
makan nasi, telor goring, kerupuk, dan ayam opor kiriman. Mahasiswa kelima dan mahasiswa keenam
makan kerupuk, bakso, dan ayam opor kiriman. Bila
masing-masing makanan yang dipilih mahasiswa ini kita tuliskan dengan huruf
A,B,C,D,E dan F maka hasil wawancara ini akan lebih jelas bila ditampilkan
sebagai berikut:
Peristiwa
|
Faktor dalam peristiwa
|
Gejala
|
1
|
A,B,C,D,E,F
|
Sakit perut
dan muntah-muntah
|
2
|
A,B,C,D,-,F
|
Sakit perut
dan muntah-muntah
|
3
|
-,B,C,-,E,F
|
Sakit perut
dan muntah-muntah
|
4
|
A,-,C,D,-,F
|
Sakit perut
dan muntah-muntah
|
5
|
A,B,-,D,E,F
|
Sakit perut
dan muntah-muntah
|
6
|
-,-,-,D,E,F
|
Sakit perut
dan muntah-muntah
|
Disini terlihat
gejala yang diselidiki adalah ‘sakit perut dan muntah-muntah’, peristiwanya adalah ‘makan dari makanan
kiriman’ sedangkan jumlah
peristiwanya enam.
Dari data
tersebut maka akan tersimpulkan bahwa F penyebab sakit perut dan muntah-muntah, jadi kemungkinan besar sakit muntah dan
sakit perut itu disebabkan oleh factor yang ada pada setiap peristiwa yaitu
ayam opor kiriman.
2.
Metode Perbedaan.
Jika sebuah
peristiwa mengandung gejala yang diselidiki dan sebuah peristiwa lain yang
tidak mengandungnya, namun faktornya sama kecuali
satu, dan yang satu itu terdapat pada peristiwa pertama maka factor satu-satunya
itu yang menyebabkan peristiwanya berbeda itu adalah factor yang tidak bisa
dilepaskan dari sebab terjadinya gejala.
Contoh untuk metode ini dapat
kita kemukakan tentang keracuan ringan pada asrama mahasiswa sebagaimana yang
telah kita sebut. Pada penyelidikan lebih lanjut, ternyata
mahasiswa yang tidak makan opor ayam kiriman tidak terkena muntah dan sakit
perut. Bila mahasiswa yang tidak terkena
sakit ,kita beri kode n, dengan table singkat dapat kita
tampilkan sebagai berikut:
Peristiwa
|
Keadaan
peristiwa
|
Gejala
|
1
|
A,B,C,E,F
|
Sakit
|
n
|
A,B,C,E,-
|
Tidak sakit
|
Dari data tersebut dapat kita
simpulkan bahwa F adalah sebab bagi timbulnya sakit. Dengan begitu dapat kita katakan bahwa kemungkinan besar ayam opor kiriman
yang menyebabkan muntah dan sakit perut. Kita tidak boleh mengatakan bahwa ayam opor adalah sebab satu-satunya bagi
timbulnya sakit, tetapi lebih tepat bila kita
katakan merupakan sebab yang tidak bisa dipisahkan dari timbulnya sakit. Dalam contoh berikut hal itu akan lebih jelas, bila kita
mempunyai korek api yang satu ada sumbunya dan yang satu tidak, maka korek yang ada sumbunya dapat kita nyalakan, sedangkan yang tidak ada sumbunya tidak dapat kita nyalakan, meskipun ia mempunyai batu dan gas, dan keadaan
yang lain sama dengan korek yang mempunyai sumbu. Oleh karena itu, tidak tepat kalau kita katakan
bahwa sumbu itu merupakan sebab bagi menyalanya korek api, tetapi lebih tepat
merupakan sebab yang tidak bisa kita pisahkan dari sebab yang menjadikan korek
api itu menyala.
3.
Metode Persamaan
Variasi
Apabila suatu
gejala yamg dengan sesuatu cara berubah ketika gejala lain berubah dengan cara
tertentu, maka gejala itu adalah sebab akibat dari gejala lain, atau berhubungan
secara sebab akibat.
Contoh dari
penerapan metode ini adalah panas dengan air raksa pada thermometer. Panas itu
menimbulkan kenaikan air raksa. Kenaikan air raksa mempunyai variasi seperti
variasi panas itu. Maka air raksa dengan panas itu mempunyai hubungan sebab
akibat. Jika kita tampilkan dalam table maka Metode Persamaan Variasi adalah
seperti berikut:
Sebab
|
Akibat
|
A B C
|
a b c
|
A + B C
|
a + b c
|
A – B C
|
a – b c
|
Jadi A mempunyai
hubungan kausal dengan a
Metode ini
digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara luas. Seorang petani dapa
mengetahui dengan mudah hubungan kausalitas antara kesuburan tanah dengan hasil
panenan. Semakin tinggi derajat kesuburan tanah semakin bagus hasil panenan dan
demikian sebaliknya. Seorang pedagang mengerti benar hubungan kausalitas antara
efektivitas advertensi dengan jumlah barang yang terjual. Semakin tinggi daya
bujuk advertensi yang dikeluarkannya semakin banyak jumlah barang yang dapat
dijualnya. Disini terjadi hubungan persamaan variasi positif, arttinya grafik
naik dari suatu perilaku diikuti grafik naik dari perilaku yang lain.
Sering pula
terjadi bahwa hubungan kausalitas dari metode persamaan variasi ini menunjukkan
sifat negative, artinya satu perilaku yang menunjukkan grafik naik,
mengakibatkan grafik turun pada perilaku lain. Dan begitu sebaliknya dalam
table kenyataan ini dapat kita tampilkan sebagai berikut:
Sebab
|
Akibat
|
A B C
|
a b c
|
A + B C
|
a + b c
|
A – B C
|
a - b c
|
Jadi A
mempunya hubungan kausal dengan a
Contoh dari
kenyataan kedua ini misalnya dalam keadaan tuntutan kebutuhan hidup tetap,
bertambahnya jumlah barang yang yang ditawarkan akan menurunkan harga, dan
sebaliknya berkurangnya jumlah barang yang akan ditawarkan akan menyebabkan
naiknya harga. Semakin tinggi serangan hama menyerang samakin bertambah hasil
panenan.
Metode persamaan
variasi sangat penting dalam penyelidikan induktif yang bersifat kuantitatif,
mendahului penyelidikan yang bersifat kualitatif. Gunanya adalah sebagai
peramal dalam mengukur dan menduga, meskipun secara kasar, atas perilaku yang
mempunyai fenomena yang bervariasi.
4.
Metode Sisasisihan
Jika ada
peristiwa dalam keadaan tertentu ini merupakan akibat dari factor yang
mendahuluinya, maka sisia akibat yang terdapat pada peristiwa itu pasti
disebabkan oleh factor lain.
Dalam bentuk
metode ini dapat ditampilkan sebagai berikut:
Sebab
|
Akibat
|
A B C
|
a b c
|
B diketahui
penyebab dari b
|
|
C diketahui
penyebab dari c
|
Jadi A
adalah penyebab dari a
Contoh
termasyhur dalam hal ini adalah penemuan planet Neptunus, pada tahun 1846.
Penemuan ini sebagai akibat perhitungan terhadap orbit planet Uranus.
Perhitungan
terhadap orbit Uranus ini didasarkan atas akibat yang telah diketahui dan
akibat ini berasal dari sebab yang dimiliki oleh planet-planet yang sudah
diketahui. Tetapi ditemui perbedaan antara orbit yang diperhitungkan dengan
orbit yang disaksikan melalui teleskop. Timbul pendapat bahwa tentu ada planet
lain yang menjadi sebab bgai sisa akibat itu. Berdasarkan dugaan itu maka Adams
dari Cambridge dan Leverrier dari Perancis bekerja sama menetapkan posisi
planet lain yang menyebabkan gangguan terhadap orbit Uranus. Pada tanggal 23
September 1846, Dr. Gill dari Royal Academy of Berlin mengarahkan teleskop kea
rah posisi planet pengganggu yang telah diperhitungkan dan dalam tempo setengah
jam saja ditemukan planet baru yaitu planet Neptunus.
5.
Metode Gabungan Persetujuan dan Perbedaan
Seperti
namanya, metode ini merupakan variasi dari metode Persetujuan dan Perbedaan.
Maksud Metode ini adlah: “Jika ada sekumpulan peristiwa dalam gejala tertentu
hanya memiliki sebuah factor yang bersamaan, sedangkan dalam beberapa peristiwa
dimana gejala itu tidak terjadi, dijumpai factor-faktor lainnya yang juga
dijumpai pada saat gejala itu terjadi kecuali sebuah factor yang bersamaan,
maka factor ini merupakan factor yang mempunyai hubungan kausal dengan gejala
itu”.
Contoh dari
penggunaan metode ini adalah sebagaimana kita meneliti sebab-sebab penyakit
tifus yang melanda suatu desa, tetapi diperhitungkanjuga factor-faktor lainnya
terhadap orang yang tidak terkena penyakit tifus di desa itu. Dalam table
metode itu dapat ditampilkan sebagai berikut.
Sebab
|
Akibat
|
A B C
|
a b c
|
A D E
|
a d e
|
A B C
|
a b c
|
B C
|
b c
|
Jadi A adalah bagian yang
tidak bisa terpisahkan dari penyebab timbulnya a
Menggunakan
metode ini menghasilkan konklusi yang lebih kuat dibandingkan jika kita
menggunakan metode itu secara terpisah. Contoh lain tentang penerapan metode
ini adalah apa yang dilakukan oleh Eijkman:
Eijkman memberi makan pada sekelompok ayam dengan beras yang betul-betul
putih. Ternyata ayam itu kesemuanya terserang polyneuritis (radang saraf)dan
sebagian besar mati. Ia memberi makan kepada sekelompok ayam yang lain dengan
beras yang masih bercampur dengan dedak. Ternyata tidak satupun ayam-ayam itu
sakit. Kemudia ia mengumpulkan ayam yang terkena radang saraf dengan ayam yang
sehat ini dan diberi makan beras yang bercampur dedak. Ayam-ayam yang sakit itu
kemudian sembuh
C. Kekeliruan dalam penalaran kausalitas
Kekeliruan
yang sering terjadi di kalangan orang-orang yang kurang cermat berfikir adalah Post
hoc propter hoc artinya suatu penalaran yang menyatakan bahwa ini
terjadi sesudah itu terjadi, maka ini merupakan akibat dari itu. Dengan kata
lain, suatu kekeliruan karena mengakui sesuatu yang terjadi berurutan maka
peristiwa yang kedua merupakan akibat dari peristiwa pertama atau yang
mendahuluinya. Kita telah mengetahui bahwa untuk membuktikan hubungan sebab
akibat suatu peristiwa tentu tidak sekedar menyimpulkan bahwa peristiwa kedua
merupakan akibat dari peristiwa pertama. Contoh kasar dari cara penalran ini
adalah:
a.
Sesudah ayam
berkokok maka terbitlah siang. Jadi siang terbit karena ayam berkokok.
b.
Setelah ia
bermalam di sini, pabrik ini kecurian setengah milyar. Karena itu pastilah dia
pencurinya.
Untuk
menentukan bahwa suatu peristiwa itu merupakan sebab bagi peristiwa lainnya
tidaklah sekedar menunjuk bahwa peristiwa pertama adalah sebab dari peristiwa
yang kedua. Kita harus dapat menjelaskan secara cermat bahwa kedua peristiwa
itu memang mempunyai hubungan yang pasti (necessary connection). Apabila
peristiwa kedua tidak mempunyai hubungan relevan dan pasti dengan peristiwa
pertama, maka bertentangan dengan hokum-hukum yang telah diketahui.[2]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konklusi dari semua
defenisi kausalitas di atas adalah bahwa sebab merupakan realitas wujud yang
meniscayakan kebergantungan mutlak dan hakiki segala eksistensi eksternal
lainnya. Yang artinya antara sebab dan akibat bukanlah suatu hal yang dapat
terpisahkan tapi, sesustu yang memiliki hubungan erat diantara keduanya.
John Stuart Mill (1806-1873)
seorang filosof inggris yang merumuskan empat metode induksi. Kemudian terkenal
dengan sebutan Metode penyimpulan induktif mill. Empat metode tersebut adalah: metode
persetujuan, metode perbedaan, metode persamaan variasi, metode siasisihan. Kemudian
orang yang dating sesudah mill menambah satu metode lagi yaitu metode gabungan
persetujuan dan perbedaan.
Kekeliruan yang sering
terjadi di kalangan orang-orang yang kurang cermat berfikir adalah Post hoc
propter hoc artinya suatu penalaran yang menyatakan bahwa ini terjadi sesudah
itu terjadi, maka ini merupakan akibat dari itu. Dengan kata lain, suatu
kekeliruan karena mengakui sesuatu yang terjadi berurutan maka peristiwa yang
kedua merupakan akibat dari peristiwa pertama atau yang mendahuluinya.
Apabila peristiwa kedua
tidak mempunyai hubungan relevan dan pasti dengan peristiwa pertama, maka
bertentangan dengan hokum-hukum yang telah diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Mundiri. 1994. Logika.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Shidik,
Sapiudin. 2004. Diktat Perkuliahan Ilmu Mantiq (Logika). Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah.
Comments