makalah sabar dalam al-Qur'an
Sabar dalam Al-Qur'an
A.
Definisi
Sabar
a. Menurut Bahasa
Dan Istilah.
Secara bahasa “صَبَرَ” dapat berarti tabah hati, manahan,
menanggung, mencegah, sedangkan secara istilah sabar dapat berarti mencegah
dalam kesempitan, memlihara diri dari kehendak akal dan syara’ dan dari hal
yang menuntut untuk memeliharanya, bisa diartikan pula sabar adalah menahan
diri(nafsu) dari keluh kesah, meninggalkan keluhan atau pengaduan pada selain
Allah.[1]
b. Menurut Para Ulama
1.
As-Sayyid
al-Jurjani dalam kitab “At-Ta’rifat”
Sabar
bisa berarti menahan diri untuk tidak mengeluh karena musibah atau derita yang
menimpanya, kecuali hanya kepada Allah Swt.
2.
Abdul Qodir Isa
dalam kitab “Haqa’iq ‘an al-Tashawuf”
mengutip Dzunnun Al-Mishri.
Sabar
artinya menjauhi perbuatan-perbuatan
yang menyalahi perintah Allah, tenang ketika tertimpa musibah atau bencana dan
menampakkan rasa kaya diri ketika dalam keadaan fakir.
3.
Dr. Abdul
Mustaqim, M.A
Sabar
adalah sifat yang aktif, bukan pasif, sabar juga merupakan sifat yang positif ,
sehingga kata sabar harus digunakan untuk konteks yang positif. sebagai contoh:
seseorang mahasiswa yang dengan tekun dan giat belajar selama kuliah demi
meraih cita-citanya, ia dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang sabar.
Lebih
lanjut Dr. Abdul Mustaqim, M.A, mengutip ayat Al-Quran untuk menguatkan
pendapatnya:
Al-Baqarah: 177
لَّيْسَ
الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ
الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى
وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ
الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ
الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ -١٧٧-
Kebajikan itu
bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu
ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya,
yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji
apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada
masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.
Al-Baqarah: 45
وَاسْتَعِينُواْ
بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ -٤٥-
Dan mohonlah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,
Ayat pertama
menunjukkan bahwa orang yang sabar adalah orang yang benar-benar dalam
keimanannya,dan ayat kedua adalah menunjukkan sabar sebagai etika ketika
meminta pertolongan kepada Allah[2].
No
|
Lafadz
|
Letak
|
|
1
|
صَبَرَ
|
1. As-Syura:
43
Al-Ahqaf: 35
|
|
2
|
صَبَرْتُمْ
|
1. Ar-Ra’d:
24
An-Nahl: 126
|
|
3
|
صَبَرْنَا
|
1. Ibrahim:
21
Al-Furqan: 42
|
|
4
|
صَبَرُوا
|
1. Al-An’am:34
2. Al-A’raf:137
3. Hud:11
4. Ar-Ra’d:
22
5. An-Nahl:
42
6. An-Nahl:
96
7. An-Nahl: 110
8. Al-Mu’minun:
111
|
9. Al-Furqan:
75
10. Al-Qashas:
54
11. Al-Ankabut:
59
12. As-Sajdah:
24
13. Fushilat:
35
14. Al-Hujarat:
5
15. Al-Insan:
17
|
تَصْبِرُ
|
1.
Al-Kahfi: 28
|
||
تَصْبِرُوا
|
2. Ali
Imran:120
3. Ali
Imran: 125
4. Ali
Imran: 186
5. An-Nisa’:
25
6. Ath-Thur:16
|
||
اَتَصْبِرُونَ
|
1.
Al-Furqan: 20
|
||
نَصْبِرَ
|
1.
Al-Baqarah: 61
|
||
وَلَنَصْبِرَنَّ
|
1.
Ibrahim: 12
|
||
يَصْبِرْ
|
1.
Yusuf: 90
|
||
يَصْبِرُوا
|
1.
Fushilat: 24
|
||
اصْبِرْ
|
2. Yusuf:
109
3. Hud:
49
4. Hud:
115
5. An-Nahl:
127
6. Al-Kahfi:
28
7. Taha:
130
8. Ar-Rum:
60
9. Luqman:
17
10. Shad:
17
|
11.
Ghafir: 55
12.
Ghafir: 77
13.
Al-Ahqaf: 35
14.
Qaf: 39
15.
Ath-Thur: 48
16.
Al-Qalam: 48
17.
Al-Ma’arij: 5
18.
Al-Muzamil: 10
19.
Al-Mudatsir: 7
20.
Al-Insan: 24
|
|
اصْبِرُوا
|
1. Al-Imran:
200
2. Al-A’raf:
87
3. Al-A’raf:
128
4. Al-Anfal:146
5. Shad:
6
6. Ath-Thur:
16
|
||
صَابِرُوا
|
1.
Ali Imran: 200
|
||
مَا
اَصْبَرَهُمْ
|
1.
Al-Baqarah: 175
|
||
اصْطَبِرْ
|
1. Maryam:
65
2. Taha:
132
3. Al-Qamar:
27
|
||
الصَّبْرُ
|
1.
Al-Baqarah: 45
2.
Al-Baqarah: 153
3.
Yusuf: 18
4.
Yusuf: 83
5.
Al-Balad: 17
Al-‘Ashr:
3
|
||
صَبْرًا
|
1.
Al-Baqarah: 250
2.
Al-A’raf: 126
3.
Al-Kahfi: 67
4.
Al-Kahfi: 72
|
5.
Al-Kahfi: 75
6.
Al-Kahfi: 78
7.
Al-Kahfi: 82
8.
Al-Ma’arij: 5
|
|
صَبْرُكَ
|
1.
An-Nahl: 127
|
||
صَابِرًا
|
1. Al-Kahfi:
69
2. Shad:
44
|
||
الصَّابِرُونَ
|
1. Al-Anfal:
66
2. Al-Qashash:
80
3. Az-Zumar:
10
|
||
الصَّابِرِيْنَ
|
1. Al-Baqarah:
153
2. Al-Baqarah:
155
3. Al-Baqarah:
177
4. Al-Baqarah:
249
5. Ali
Imran: 17
6. Ali
Imran: 142
7. Ali
Imran: 146
8. Al-Anfal:46
|
9. Al-Anfal:
66
10. An-Nahl:
126
11. Al-Anbiya’:
85
12. Al-Hajj:
35
13. Al-Ahzab:
35
14. Ash-Shafat:
102
15. Muhammad:
31
|
|
صَابِرَةٌ
|
1.
Al-Anfal: 66
|
||
الصَّابِرَاتِ
|
1.
Al-Ahzab: 35
|
||
صَبَّارٍ
|
2. Ibrahim:
5
3. Luqman:
31
4. Saba’:
19
5. Asy-Syura:
33
|
B.
Macam-Macam
Sabar
1.
Sabar dalam
keta’atan (al-Shabru ‘ala al-Tha’ah)
Dilakukan
dengan cara istiqamah (konsisten dan
terus menerus) dalam menjalankan ketaatan pada Allah. Baik ibadah yang
berkaitan dengan ibadah maliyah(ibadah dengan harta, seperti zakat dan
shadaqah), ibadah badaniyyah (ibadah dengan anggota badan, seperti shalat dan
jihad di jalan Allah), maupun ibadah qalbiyah (ibadah dengan hati, seperti
ikhlas, syukur, ridha dll.)
2.
Sabar dalam
meninggalkan maksiat (al-Shabru ‘an al-ma’shiyyah).
Dilakukan
dengan cara mujahadah (jihad spiritual), bersungguh-sungguh dalam memerangi
nafsu dan meluruskan keinginan-keinginan buruk yang dibisikkan oleh Syetan.
Allah berfirman:
Al-Ankabut:69.
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ -٦٩-
Dan orang-orang
yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.
Kemudian
diperkuat dengan al-A’la:14-17, dan an-Nazi’at:40-41
3.
Sabar ketika
ditimpa musibah (al-Shabru ‘ala al-Mushibah).
Dilakukan
ketika ditimpa mushibah atau kemalangan. Dunia sesungguhnya tempat ujian (dar
al- Imtihan), Allah akan menguji keimanan seseorang, antara lain dengan
menimpakan musibah kepadanya, dalam hal ini Allah berfirman:
Al-Ankabut:2-3
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ -٢-
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ
صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ -٣-
Apakah manusia
mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah
beriman,” dan mereka tidak diuji?(2), Dan sungguh, Kami telah Menguji
orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti Mengetahui orang-orang yang benar
dan pasti Mengetahui orang-orang yang dusta.(3)..
C.
Term-Term
Lain Yang Identik Dengan “صَبْر”
Sabar
Term-term lain yang identik dengan “صَبْر” sabar, diantaranya:
1.
Iffah (عِفَّة)
Kata “iffah” merupakan
ism masdar yang berasal dari kata kerja “عَفَّ يَعِفُّ
عَفّاً وَعِفَّةً” , kata iffah ini diartikan sebagai sampainya pada sesuatu
keadaan dimana jiwa telah menahan dan/atau mengalahkan nafsu, mencegah dan/atau
menahan terhadap segala sesuatu yang tidak halal atau sesuatu yang tidak baik,
meninggalkan hawa nafsu yang hina, mensucikan jiwa raga”
Kata “iffah” terulang 4
kali dalam Al-Quran dengan berbagai isytiqaqnya, yaitu[3]:
1.
An-Nisa’ ayat
6(menahan diri/sabar dari memakan harta anak yatim)
2.
An-Nur: 33
(menahan diri/sabar dalam menjaga kesucian diri)
3.
An-Nur: 60
(menahan diri/sabar dalam memelihara kehormatan)
4.
Al-Baqarah: 273
(menjaga diri/sabar dari meminta-minta pada orang lain)
Secara definitif, kata
“عِفَّة” memiliki kedekatan makna dengan “صَبْر” dimana keduanya memiliki stressing point
yang sama yaitu adanya unsur pencegahan, menahan diri terhadap sesuatu yang
bersifat hawa nafsu dan hal-hal yang tidak baik.
2.
Hilm (حِلْم)
Kata “hilm” adalah ism
masdar yang berasal dari kata kerja “حَلُمَ يَحْلُمُ
حِلْماً” , kata hilm ini berarti memelihara diri dari tabiat terhadap
bangkitnya kemarahan,
Kata Hilm (حِلْم)
ini didalam Al-Quran disebut sebanyak 15 kali,[4]
3.
Qana’ah (قَنَعَةُ)
Kata “Qana’ah” adalah
bentuk ism masdar yang berasal dari kata kerja “قَنَعَ
يَقْنَعُ قَنَعًا وَقَنَعَةً” yang berarti “رَضِيَ
بِمَا قَسَّمَ لَهُ”rela atau menerima apa yang dibagikan
kepadanya.
Sebagaiman dikutip KH.
Djamaluddin Ahmad didalam bukunya At-Thariqotu
ila Allah menjelaskan bahwa “Qanaah ialah rela menerima walaupun sedikit”[5].
kata Qanaah didalam
Al-Quran dengan berbagai derivasinya terulang sebanyak 2 kali[6].
Sabar yang tergambar
dari kata Qana’ah ini adalah sabar untuk menerima keadaan yang ada, yang telah
menjadi bagian dari ketetapan Allah.
4.
Zuhud
Kata “zuhud/zuhd”
menurut arti bahasa adalah kebalikan dari ar-Roghbah (senang), yang artinya
tidak senang. Sedangkan secara isthilah, terdapat beberapa pendapat:
a.
Sayyid Abu Bakar
Al-Makky Ibnu Sayyid Muhammad Syatho Ad-Dimyati.
“Zuhud ialah tidak terpengaruhnya
hati dengan harta, bukan tidak adanya harta”
b.
Asy-Syaikh Abul
Qosim Al-Junaidy r.a:
“Zuhud ialah kosongnya tangan dari
memiliki harta, dan kosongnya hati dari pengaruh-pengaruh harta”.
c.
Asy-Syaikh Abul
Qosim Al-Junaidy Al-Bagdhadi r.a:
“Zuhud adalah menganggap remeh
dunia, dan menghapus pengaruh-pengaruh dunia dari hati.”
Kata “zuhd” didalam
Al-Quran dalam bentuk derivasinya disebut hanya 1 kali saja.[7]
Sabar yang tergambar
dari kata zuhud ini adalah sabar untuk tidak terlena dengan kehidupan,
kemewahan, dan berbagai kenikmatan dunia.
D.
Subyek/pelaku
sabar dalam Al-Quran
1.
Manusia
(Makhluk)
Ibnu
al-A’jibah menjelaskan bahwa orang sabar bisa diklasifikasikan berdasarkan
tingkatannya. Dalam hal inibeliau membaginya menjadi 3, yaitu:
a.
Sabar tingkatan
orang awam.
Seseorang dalam posisi ini akan
selalu tabah atas kesulitan-kesulitan dalam menjalankan ketaatan dan melawan
segala bentuk pelanggaran.
b.
Sabar tingkatan
orang khusus(khawash).
Seseorang dalam tingkatan ini akan
akan bisa menahan hati (tabah) ketika menjalankan riyadah dan mujahadah dengan
selalu melakukan muraqabah, sehingga didalam hatinya selalu hadir nama Allah.
c.
Sabar tingkatan
Khawashul khawwas.
Seseorang dalam tingkatan ini dapat
menahan ruh dan sirr agar dapat menyaksikan Allah (Musyahadah) dengan mata
hatinya.
Dr. Abdul Mustaqim, M.A
dalam bukunya Akhlak Tashawuf Lelaku Suci
Menuju Revolusi Hati menjelaskan
bahwasanya Sabar akan selalu terkait dengan Syukur[8],
Qanaah[9],
ikhlas[10].
Ridha[11].
Mengenai penjelasan lebih detailnya tidak menjadi konsentrasi makalah ini.[12]
Sementara mengenai
Allah yang membiarkan akan makhluknya untuk berbuat apapun didunia adalah
disebut dengan kata lain, tidak dengan kata “sabar”.
E.
Objek
Sabar Dalam Al-Quran
1.
Cobaan dari
Allah.
a.
Keburukan dan
penderitaan
b.
Kebaikan
Al-Baqarah: 155-158
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan Kami pasti
akan Menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa,
dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar(155).
c.
Taklif/ibadah
Jika
mengacu pada pemaknaan sabar adalah salah satunya terhadap beban kewajiban yang
telah ditetapkan oleh Allah.
F.
Faktor
pendukung terwujudnya perilaku sabar
Faktor-faktor yang mendukung terwujudnya
perilaku sabar adalah diantaranya:
1.
Menyadari akan
posisi “manusia” sebagai makhluk berbasis “susah payah”.
Hal
ini untuk menumbuhkan tingkat keyakinan dan kesadaran diri bahwa manusia
diciptakan didunia ini memang sudah fitrahnya akan berhadapan dengan
penderitaan dan kesulitan.
Al-Balad: 4
لَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ -٤-
Sungguh, Kami telah
Menciptakan manusia berada dalam susah payah.
2.
Menyadari adanya
keburukan dan kebaikan adalah sebagai ujian.
Hal
ini untuk menumbuhkan keyakinan bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia
adalah dari Allah Swt.
Al-Anbiya: 35
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ -٣٥-
Setiap yang
bernyawa akan merasakan mati. Kami akan Menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.
3.
Menyadari bahwa
perilaku kebaikan berapapun kadarnya serta apapun bentuknya, harus mutlak
diyakini akan memiliki impliksi positif bagi pelakunya dalam kehidupan ini
maupun diakhirat.[13]
a.
Terbebas dari
mushibah.
An-Nahl: 41-42
وَالَّذِينَ
هَاجَرُواْ فِي اللّهِ مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُواْ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلَأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُواْ يَعْلَمُونَ -٤١-
الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ -٤٢-
Dan orang yang
berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan Memberikan
tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar,
sekiranya mereka mengetahui(41) (yaitu) orang yang sabar dan hanya
kepada Tuhan mereka bertawakal.(42)
b.
Mendapatkan
Pahala (surga) dari Allah.
Al-Ankabut: 58-59
وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ الْجَنَّةِ غُرَفاً
تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ
الْعَامِلِينَ -٥٨- الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ -٥٩-
Dan orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan, sungguh, mereka akan Kami Tempatkan
pada tempat-tempat yang tinggi (di dalam surga), yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang
yang berbuat kebajikan,(58) (yaitu) orang-orang yang bersabar dan bertawakal
kepada Tuhan-nya.(59)
[1] M. Fajrul Munawwir, Konsep Sabar Dalam Al-Quran: Pendekatan Tafsir Tematik, (Yogyakarta:
Nuansa Aksara, 2005)Hlm.21
[2] Abdul Mustaqim,Akhlak Tashawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati, (Yogyakarta:
Kaukaba, 2013). Hlm.66
[3] Ayat tersebut sebagai berikut:
a.
An-Nisa’ ayat 6:
وَابْتَلُواْ
الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ
رُشْداً فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَ تَأْكُلُوهَا إِسْرَافاً
وَبِدَاراً أَن يَكْبَرُواْ وَمَن كَانَ غَنِيّاً فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ
فَقِيراً فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ
أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُواْ عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللّهِ حَسِيباً -٦-
Dan ujilah anak-anak yatim itu
sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka
telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka
hartanya. Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka
dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia
menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka
bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu
menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi.
Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas.
b.
An-Nur: 33
وَلْيَسْتَعْفِفِ
الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحاً حَتَّى يُغْنِيَهُمْ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوهُمْ
إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْراً وَآتُوهُم مِّن مَّالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ
وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاء إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّناً
لِّتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَن يُكْرِههُّنَّ فَإِنَّ اللَّهَ
مِن بَعْدِ إِكْرَاهِهِنَّ غَفُورٌ رَّحِيمٌ -٣٣-
Dan orang-orang yang tidak mampu
menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah Memberi kemampuan
kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki
menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada
mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada
mereka sebagian dari harta Allah yang Dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah
kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan
duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.
c.
An-Nur: 60
وَالْقَوَاعِدُ
مِنَ النِّسَاء اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحاً فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ
أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ
خَيْرٌ لَّهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ -٦٠-
Dan para perempuan tua yang telah
berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak
ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud)
menampakkan perhiasan; tetapi memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
d.
Al-Baqarah: 273
لِلْفُقَرَاء
الَّذِينَ أُحصِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ ضَرْباً فِي الأَرْضِ
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاء مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ
لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافاً وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللّهَ
بِهِ عَلِيمٌ -٢٧٣-
(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk
orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah,
sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu,
menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari
meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka
tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu
infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.
[4] Dalam al-mu’jam al-mufahras li alfadz
al-Quran disebutkan sebanyak 21 kali.
Kata
|
Letak
|
Ayat
|
|
الْحُلُمَ
|
1
|
An-nur: 58
|
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ
لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِن قَبْلِ صَلَاةِ
الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُم مِّنَ الظَّهِيرَةِ وَمِن بَعْدِ
صَلَاةِ الْعِشَاء ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَّكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا
عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُم بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ -٥٨-
|
2
|
An-Nur: 59
|
وَإِذَا
بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ
الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ -٥٩-
|
|
اَحْلَامِ
|
3
|
Yusuf: 44 (2
kali)
|
قَالُواْ
أَضْغَاثُ أَحْلاَمٍ وَمَا نَحْنُ بِتَأْوِيلِ الأَحْلاَمِ بِعَالِمِينَ -٤٤-
|
4
|
|||
5
|
Al-Anbiya: 5
|
بَلْ
قَالُواْ أَضْغَاثُ أَحْلاَمٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا
بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الأَوَّلُونَ -٥-
|
|
اَحْلَامُهُمْ
|
6
|
Ath-Thur: 32
|
أَمْ
تَأْمُرُهُمْ أَحْلَامُهُم بِهَذَا أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ -٣٢-
|
حَلِيْمٌ
|
7
|
Al-Baqarah:
225
|
لاَّ
يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ بِاللَّغْوِ فِيَ أَيْمَانِكُمْ وَلَكِن يُؤَاخِذُكُم
بِمَا كَسَبَتْ قُلُوبُكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ -٢٢٥-
|
8
|
Al-Baqarah:
235
|
وَلاَ
جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُم بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاء أَوْ
أَكْنَنتُمْ فِي أَنفُسِكُمْ عَلِمَ اللّهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ
وَلَـكِن لاَّ تُوَاعِدُوهُنَّ سِرّاً إِلاَّ أَن تَقُولُواْ قَوْلاً
مَّعْرُوفاً وَلاَ تَعْزِمُواْ عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّىَ يَبْلُغَ الْكِتَابُ
أَجَلَهُ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ -٢٣٥-
|
|
9
|
Al-Baqarah:
263
|
قَوْلٌ
مَّعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللّهُ
غَنِيٌّ حَلِيمٌ -٢٦٣-
|
|
10
|
Ali Imran:
155
|
إِنَّ
الَّذِينَ تَوَلَّوْاْ مِنكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا
اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُواْ وَلَقَدْ عَفَا اللّهُ
عَنْهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ -١٥٥-
|
|
11
|
An-Nisa’: 12
|
وَلَكُمْ
نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِن لَّمْ يَكُن لَّهُنَّ وَلَدٌ فَإِن كَانَ
لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ
يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَلَهُنَّ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْتُمْ إِن لَّمْ
يَكُن لَّكُمْ وَلَدٌ فَإِن كَانَ لَكُمْ وَلَدٌ فَلَهُنَّ الثُّمُنُ مِمَّا
تَرَكْتُم مِّن بَعْدِ وَصِيَّةٍ تُوصُونَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ وَإِن كَانَ رَجُلٌ
يُورَثُ كَلاَلَةً أَو امْرَأَةٌ وَلَهُ أَخٌ أَوْ أُخْتٌ فَلِكُلِّ وَاحِدٍ
مِّنْهُمَا السُّدُسُ فَإِن كَانُوَاْ أَكْثَرَ مِن ذَلِكَ فَهُمْ شُرَكَاء فِي
الثُّلُثِ مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَى بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَآرٍّ
وَصِيَّةً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَلِيمٌ حَلِيمٌ -١٢-
|
|
12
|
Al-Maidah:
101
|
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَسْأَلُواْ عَنْ أَشْيَاء إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ
وَإِن تَسْأَلُواْ عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا
اللّهُ عَنْهَا وَاللّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ -١٠١-
|
|
13
|
At-Taubah:
114
|
وَمَا كَانَ
اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ
فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ لأوَّاهٌ حَلِيمٌ -١١٤-
|
|
14
|
Huud: 75
|
إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُّنِيبٌ -٧٥-
|
|
15
|
Huud: 87
|
قَالُواْ يَا
شُعَيْبُ أَصَلاَتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَن
نَّفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاء إِنَّكَ لَأَنتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ -٨٧-
|
|
16
|
Al-Hajj: 59
|
لَيُدْخِلَنَّهُم
مُّدْخَلاً يَرْضَوْنَهُ وَإِنَّ اللَّهَ لَعَلِيمٌ حَلِيمٌ -٥٩-
|
|
17
|
Ash-Shafat:
101
|
فَبَشَّرْنَاهُ
بِغُلَامٍ حَلِيمٍ -١٠١-
|
|
18
|
Ath-Thagabun:
17
|
إِن
تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ
وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ -١٧-
|
|
حَلِيْمًا
|
19
|
Al-Isra’: 44
|
تُسَبِّحُ
لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ وَإِن مِّن شَيْءٍ
إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ
كَانَ حَلِيماً غَفُوراً -٤٤-
|
20
|
Al-Ahzab: 51
|
تُرْجِي مَن
تَشَاء مِنْهُنَّ وَتُؤْوِي إِلَيْكَ مَن تَشَاء وَمَنِ ابْتَغَيْتَ مِمَّنْ عَزَلْتَ
فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكَ ذَلِكَ أَدْنَى أَن تَقَرَّ أَعْيُنُهُنَّ وَلَا
يَحْزَنَّ وَيَرْضَيْنَ بِمَا آتَيْتَهُنَّ كُلُّهُنَّ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا
فِي قُلُوبِكُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيماً حَلِيماً -٥١-
|
|
21
|
Fathir: 41
|
إِنَّ
اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَن تَزُولَا وَلَئِن زَالَتَا إِنْ
أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِّن بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيماً غَفُوراً -٤١-
|
[5] Sayyid Bakri al-Maki bin Sayyid Muhammad
Syatho Dimyathi Dalam kifayatul atskiya’
[6] Ayat tersebut yaitu:
Ibrahim ayat
43
مُهْطِعِينَ
مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لاَ يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ
هَوَاء -٤٣-
mereka datang tergesa-gesa (memenuhi
panggilan) dengan mengangkat kepalanya, s edang
mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.
Al-Hajj ayat
36
وَالْبُدْنَ
جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا
وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ -٣٦-
Dan unta-unta itu Kami Jadikan untukmu bagian
dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah
nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan
kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah
sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada
padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami
Tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.
[7] Yusuf: 20
وَشَرَوْهُ
بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُودَةٍ وَكَانُواْ فِيهِ مِنَ الزَّاهِدِينَ -٢٠-
Dan mereka menjualnya (Yusuf) dengan harga
rendah, yaitu beberapa dirham saja, sebab mereka tidak tertarik kepadanya.
[8] Sebagaimana dikuitip Dr. Abdul Mustaqim dalam
bukunya, Syukur menurut Ibnu al-Qayyim dalam Madarij al-Salikin, adalah Kecondongan hati untuk selalu mencintai
kepada dzat yang memberi kenikmatan. Anggota tubuhnya condong tergerak untuk
ta’at kepada-Nya, lidahnya selalu mengngat dan memuji-Nya.
[9]Sayyid Bakri al-Maki bin Sayyid Muhammad
Syatho Dimyathi Dalam kifayatul atskiya’ Qanaah adalah rela menerima pemberian
walaupun sedikit.
[10] Sebagaimana dikuitip Dr. Abdul Mustaqim dalam
bukunya Ikhlas adalah bebas dari segala sesuatu yang selain Allah, artinya
seseorang beribadah hanya mengharap ridha Allah.bukan karena mengharap pujian
dari Makhluk.
[11] Sebagaimana dikuitip Dr. Abdul Mustaqim dalam
bukunya Ibnu al-‘jibah mendefinisikan Ridha sebagai “Menerima hal-hal yang
tidak menyenangkan dengan wajah yang ceria dan tersenyum, dengan senang hati ia
menerima qadha(keputusan) Allah dan tidak mengingkari apa yang telah menjadi
keputusan Allah Swt.”
[12] Abdul Mustaqim,Akhlak Tashawuf Lelaku Suci Menuju Revolusi Hati, (Yogyakarta:
Kaukaba, 2013). Hlm.68
[13] M. Fajrul Munawwir, Konsep Sabar Dalam Al-Quran: Pendekatan Tafsir Tematik, (Yogyakarta:
Nuansa Aksara, 2005)Hlm.69-75
Comments