rasm bermakna ayat



Rasm Bermakna Ayat
Jika kajian ini hanya ditujukan pada Rasm dalam arti ayat, maka pada dasarnya problem yang sering dimunculkan adalah “sebagian mushaf pra Utsman memiliki jumlah ayat yang lebih banyak dari mushaf utsman”. Dalam hal ini Mustafa al-Adzami dalam bukunya The History of The Qur’anic text From Revelation To Compilation mengutip pernyataan para orientalis:
Arthur Jeffery telah meneliti 170 jilid buku dalam mengumpulkan daftar ragam bacaan yang menghabiskan sebanyak sekitar 300 halaman dalam bentuk cetakan, memuat apa yang disebut mushaf milik sekitar tiga puluh orang ilmuwan. Dari jumlah ini ia mencadangkan 88 halaman guna mengupas ragam bacaan yang, menurutnya, bermula dari Mushaf Ibn Mas'ud, sedang 65 halaman yang lain dari Mushaf Ubayy. Sedang selebihnya (140 halaman).

Kemudian dari penelitian itu Arthur Jeffery menyimpulkan bahwa:
·         Teks Mushaf Ibnu Mas’ud berbeda dengan mushaf Utsmani yang menjadi standart saat ini. Contoh:
وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ -١٠- أُوْلَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ -١١-(Versi Mushaf Utsman)
وَالسَّابِقُونَ  بالإيمان بالنبي عليه السلام فهم عليّ وذرّ يته الّذين إصطفاهم الله من أصحابه وجعلهم ألموالي غيرهم...(Versi Mushaf Ibnu Mas’ud)
·         Jumlah Surat mushaf Ibnu Mas’ud berbeda dengan mushaf Utsmani, dalam hal ini Arthur Jeffery menyatakan bahwa versi mushaf Ibnu Masud tidak terdapat Surat al-Fatihah, an-Nas, al-Falaq.
·         Urutan surat mushaf Ibnu Mas’ud berbeda dengan mushaf Utsmani, hal ini disebabkan hilangnya sebagian surat.
Pendapat tersebut kemudian oleh Mustafa al-‘Adzami dibantah dengan mengajukan beberapa argumen:
·           Al-‘Adzami menerangkan akan penelitian  al-Fadl bin Shadan, bahwa al-Fadl pernah meneliti beberapa mushaf yang dinisbatkan kepada Ibnu Mas’ud, dimana mushaf-mushaf tersebut ternyata:
Ø  Beberapa manuskrip memuat surat al-Fatihah
Ø  Beberapa lainnya tidak memuat surat al-Fatihah.
Ø  Manuskrip-manuskrip yang dinisbatkan pada Ibnu Mas’ud tersebut ternyata saling berlainan.
Disini al-Fadl berkesimpulan bahwa “Mereka yang mengklaim tentang susunan surat dalam mushaf Ibnu Mas’ud pada dasarnya tidak dapat membuktikan secara pasti akan mushaf mana Yang dinisbatkan pada Ibnu Mas'ud
(Mana yang disebut dengan mushaf Ibnu Mas’ud?, jika semuanya itu adalah Mushaf Ibnu Mas’ud kenapa berbeda/, dan kenapa para orientalis menyimpulkan akan adanya “perbedaan” padahal sebagian manuskripnya “sama” dengan mushaf Utsman?)”
·         Arthur Jeffery pada saat mengutip ayat 10-11 dari surat al-Waqiah ternyata tidak melihat secara langsung kepada “Manuskrip al-Quran”nya itu sendiri, melainkan hanya mengutip pendapat Abu Hayyan an-Nahawi dalam kitab al-Mashahif, yang mana ia juga hanya sekedar menyajikan pendapat al-‘Amas Abu Islury ‘Abdurrahman Bin Yazid, yang mana selain dinilai sering mentadliskan sumber ia juga memiliki latar belakang kental dengan Syi’ah.
Dengan ini maka bisa dibilang “Penelitian Arthur Jeffry yang jauh dari objektifitas”, yang tidak dapat melakukan distinsiasi metodelogi, dan subjektifitas orientalis yang dominan. [1]
Sedangkan mengenai “Perbedaan Mushaf Ubay bin Ka’ab dengan Mushaf Utsmani” telah dijelaskan oleh seorang orientalis lainnya yaitu Theodore Noldeke dalam bukunya Tarikh Al-Quran, (Geschichte des Qorans ), Baca Halaman 262-270. Yang menarik adalah hilangnya sebagian surat dan munculnya surat baru yang tidak ada didalam Mushaf Utsmani, diantaranya adalah surat al-Khulu’ dan al-Hifd.[2]

·         Pandangan kalangan Ushul Fiqh
Pada saat memunculkan definisi Rasm bermakna Ayat, pemakalah mengutip pandangan dari kalangan Ushul Fiqih, secara tidak langsung hal ini mengantarkan pada adanya suatu asumsi, bahwa ada sebagian ayat yang memang tidak dimasukkan pada Kodifikasi Utsman, diantara yang terkenal adalah:
1.      Musnad Ahmad: 20261(Shahih)
حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ عَنْ زِرٍّ قَالَ قَالَ لِي أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ كَأَيِّنْ تَقْرَأُ سُورَةَ الْأَحْزَابِ أَوْ كَأَيِّنْ تَعُدُّهَا قَالَ قُلْتُ لَهُ ثَلَاثًا وَسَبْعِينَ آيَةً فَقَالَ قَطُّ لَقَدْ رَأَيْتُهَا وَإِنَّهَا لَتُعَادِلُ سُورَةَ الْبَقَرَةِ وَلَقَدْ قَرَأْنَا فِيهَا الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ إِذَا زَنَيَا فَارْجُمُوهُمَا الْبَتَّةَ نَكَالًا مِنْ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Hisyam telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ashim bin Bahdalah dari Zir berkata, " Ubay bin Ka'ab berkata kepadaku, "Berapa ayat kalian membaca surat Al Ahzab?" Zir bin Hubaisy menjawab, "Tujuh puluh tiga ayat." Dia (Ubay) Berkata, "Sungguh aku melihat bahwa ia sebanding dengan surat Al Baqarah, dan di dalamnya kami membaca (ayat): 'Orang yang sudah tua baik laki-laki atau pun perempuan jika berzina maka rajamlah keduanya sebagai pelajaran dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Bijaksana'."
2.      Muwatta’ Malik: 1297(Dho’if)
حَدَّثَنِي مَالِك عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ لَمَّا صَدَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ مِنْ مِنًى أَنَاخَ بِالْأَبْطَحِ ثُمَّ كَوَّمَ كَوْمَةً بَطْحَاءَ ثُمَّ طَرَحَ عَلَيْهَا رِدَاءَهُ وَاسْتَلْقَى ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ اللَّهُمَّ كَبِرَتْ سِنِّي وَضَعُفَتْ قُوَّتِي وَانْتَشَرَتْ رَعِيَّتِي فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مُضَيِّعٍ وَلَا مُفَرِّطٍ ثُمَّ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ سُنَّتْ لَكُمْ السُّنَنُ وَفُرِضَتْ لَكُمْ الْفَرَائِضُ وَتُرِكْتُمْ عَلَى الْوَاضِحَةِ إِلَّا أَنْ تَضِلُّوا بِالنَّاسِ يَمِينًا وَشِمَالًا وَضَرَبَ بِإِحْدَى يَدَيْهِ عَلَى الْأُخْرَى ثُمَّ قَالَ إِيَّاكُمْ أَنْ تَهْلِكُوا عَنْ آيَةِ الرَّجْمِ أَنْ يَقُولَ قَائِلٌ لَا نَجِدُ حَدَّيْنِ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَقَدْ رَجَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَجَمْنَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْلَا أَنْ يَقُولَ النَّاسُ زَادَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فِي كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى لَكَتَبْتُهَا الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ فَارْجُمُوهُمَا أَلْبَتَّةَ فَإِنَّا قَدْ قَرَأْنَاهَا قَالَ مَالِك قَالَ يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ فَمَا انْسَلَخَ ذُو الْحِجَّةِ حَتَّى قُتِلَ عُمَرُ رَحِمَهُ اللَّهُ قَالَ يَحْيَى سَمِعْت قَوْله تَعَالَى يَقُولُ قَوْلُهُ الشَّيْخُ وَالشَّيْخَةُ يَعْنِي الثَّيِّبَ وَالثَّيِّبَةَ فَارْجُمُوهُمَا أَلْبَتَّةَ
Telah menceritakan kepadaku Malik dari Yahya bin Sa'id dari Sa'id bin Musayyab bahwa ia mendengarnya berkata; "Ketika Umar bin Khattab tiba dari Mina, ia menderumkan untanya di Abtah. Umar kemudian mengumpulkan kerikil dan menumpuknya. Ia lalu menutupi kerikil-kerikil tersebut dengan jubahnya sambil berbaring, ia menjulurkan tangannya ke langit dan berkata; 'Ya Allah, usiaku telah lanjut, kekuatanku telah melemah, dan rakyatku mulai bertebaran, maka jemputlah diriku ke hadirat-Mu tanpa menyia-nyiakan dan berlebih-lebihan.' Kemudian dia berangkat ke Madinah dan berkhutbah di hadapan manusia, dia berkata 'Wahai manusia, sungguh telah berlaku bagi kalian aturan-aturan yang ada dan telah diikrarkan untuk kalian kewajiban yang musti dilakukan. Kalian ditinggalkan diatas aturan yang terang benderang, kecuali jika kalian menyesatkan manusia ke kiri dan kanan.' -Sambil Umar mendemontrasikannya dengan menepukkan salah satu tangannya ke tangan yang lain-- seraya berkata, "Jangan kalian binasa dengan meninggalkan ayat rajam, yaitu seseorang berkata; kita tidak mendapatkan dua buah hukuman dalam kitabullah.' Rasulullah Shalla Allahu 'alaihi wa sallam telah melakukan rajam, dan kami pun telah melakukannya. Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya manusia tidak mengatakan Umar bin Khattab menambah sesuatu dalam kitabullah Ta'ala, niscaya akan saya tulis (dalam alquran); 'Seorang yang tua laki-laki atau perempuan (jika berzina) maka rajamlah kedua-duanya sekaligus, " karena kami telah membacanya." Malik berkata; Yahya bin Sa'id berkata; Sa'id bin Musayyab berkata; "Belum berlalu bulan Dzulhijjah, Umar bin Khattab telah terbunuh." Yahya berkata; "Aku mendengar firman Allah Ta'ala (Laki-laki dan perempuan yang telah menikah, maka rajamlah) ."

Untuk itu perlu kembali dilakukan penelitian terhadap hadis-hadis ini, agar tidak terdapat Anomali didalamnya. 


[1] Mustafa al-‘Adzami, The History Of The Quranic Text From Revelation To Compilation.Pdf Terj.  Hlm. 215-230
[2] Theodore Noldeke Tarikh Al-Quran, (Geschichte des Qorans ).Pdf, Hlm. 262-263.

Comments

Popular posts from this blog

kitab sunan an-nasa'i bi syarhi as-suyuty

Hubungan dan Kausalitas | sebab Akibat

Makalah Tafsir Anwar Al-Tanzil wa Asrar Al-Ta'wil